13 March 2019 Michael Wu Gunawan

4 Hal yang Bisa di Ajarkan Startups untuk Perusahaan Besar

Read in English

Startup BBVA
Image credit: BBVA

Baru pada tahun 90-an dunia startup mulai terbentuk. Kembali ke masa lalu, bekerja untuk startup bukanlah pilihan yang populer, kebanyakan orang akan memilih untuk bekerja di perusahaan besar karena reputasi yang mengesankan, mempunyai "nama" yang besar, stabilitas pekerjaan, leadership yang lebih baik, dan gaji yang lebih tinggi di antara yang lain, yang biasanya tidak ditemukan di startup. Bisa dibilang, itu masih menjadi "pola" sampai dengan hari ini.

Saat ini, perusahaan startup sudah sangat menjamur, namun sebagian besar tidak bertahan cukup lama untuk mewujudkan mimpi mereka, tetapi beberapa perusahaan startups seperti Alibaba, Airbnb, dan Uber telah lolos dari lembah kematian dan akhirnya menjadi perusahaan 'Unicorn' untuk menceritakan kisah sukses mereka. Pergeseran "tren" dari bekerja di perusahaan perusahaan besar ke perusahaan startups didorong oleh adanya kemungkinan tak terbatas untuk mencapai sesuatu yang lebih besar dan adanya peluang untuk mengubah dunia. Alasan kedua adalah perubahan mendasar pada apa yang dicari orang dalam pekerjaan mereka. Saya pikir kebanyakan orang setuju bahwa kehidupan kerja di sebuah startup sangat berbeda dari yang ada di perusahaan besar konvensional. Misalnya, dalam sebuah startup ada rasa kepemilikan yang nyata dalam urusan pekerjaan, kontribusi Anda terhadap perusahaan akan terasa besar dampaknya mengingat startups memiliki karyawan yang lebih sedikit. Di perusahaan besar dengan lebih dari 10.000 karyawan, usaha Anda berkontribusi hampir 0%. Disamping itu, bekerja di startup juga lebih dinamis, karena Anda diharapkan untuk mengerjakan hal lain yang diluar dari tanggung jawab Anda. Hal ini bisa membuka peluang Anda untuk mengeksplorasi dan mengasah keterampilan baru.

Sejujurnya, baik startup maupun perusahaan besar dapat mengambil pelajaran dari pengalaman masing-masing. Tetapi karena startup adalah hal yang populer akhir-akhir ini, artikel ini akan fokus pada apa yang dapat dipelajari oleh perusahaan besar dari startup.

Baca Juga: Startup Indonesia: ecosystem untuk Unicorns?

Kolaborasi Proaktif

Dengan sumber daya terbatas yang mereka miliki, perusahaan startups terus mencari cara untuk mengisi celah itu. Cara yang paling umum adalah fokus untuk menarik perhatian investor untuk mendapatkan pendanaan, cara yang lain adalah berkolaborasi dengan perusahaan lain, terutama dengan perusahaan "ternama". Sangat masuk akal bagi startup, karena hal ini berpotensi membantu untuk mengembangkan produk mereka, bisa menjadi salah satu referensi yang bisa meningkatkan penjualan mereka di kemudian hari, membangun basis pelanggan yang lebih luas, dan banyak lainnya. Namun, keuntungan juga bukan hanya dirasakan oleh satu pihak, terdapat beberapa justifikasi yang baik bagi korporat untuk bekerja sama dengan startup yang menunjukkan mereka harus lebih proaktif dalam membuat kolaborasi.

Lanskap bisnis berubah dengan cepat dengan berbagai inovasi, namun pada kenyataanya perusahaan besar cukup sulit untuk menerima inovasi-inovasi tersebut, dikarenakan keengganan mengambil risiko, proses yang kaku, dan manejemen birokrasi yang rumit. Sebaliknya, startup tidak dibebani oleh hal tersebut. Mereka memiliki kebebasan dan kapasitas untuk berpikir out of the box dan mengembangkan solusi yang benar-benar inovatif yang memungkinkan mereka melompati perusahaan besar. Ambil contoh Uber, didirikan pada 2009 dan tanpa memiliki satu mobil pun, mereka kini telah melampaui kapitalisasi pasar BMW yang didirikan 102 tahun lalu. Dengan memiliki budaya kolaborasi yang lebih proaktif, korporat dapat memperoleh keunggulan kompetitif di masa depan dan juga meningkatkan pendapatan dan margin dalam bisnis inti mereka, serta menumbuhkan budaya wirausaha yang lebih gesit untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam organisasi.

Bergerak Cepat dan "Break Things"

1280px-Move_Fast_and_Break_Things_(14071866872)

Bergerak cepat dan "Break Things" - motto yang berasal dari Facebook pada masa-masa awal tidak hanya menjadi "budaya" Lembah Silikon tetapi juga nilai yang tertanam dalam setiap startup. Ini adalah cara 'hacker' untuk bekerja tetapi tanpa terlalu jauh ke dalam konteks pemrograman komputer, pada dasarnya, bergerak cepat menyiratkan bekerja dengan cepat, memasukkan ide ke dalam implementasi, dan mendapatkan prototipe pertama dari produk untuk iterasi di luar sana. Dan ketika Anda bergerak cepat Anda pasti akan melanggar banyak hal tetapi tujuan di sini bukan untuk menjadi sempurna, cukup untuk diperkenalkan ke pasar dan bisa memperbaiki masalah yang muncul saat Anda pergi. Pendekatan ini adalah apa yang sangat sulit diterapkan oleh perusahaan besar karena ukuran perusahaannya dan juga organisasinya dan akan memerlukan waktu yang lama untuk merombak semua itu. Itulah sebabnya Facebook meninggalkan motto lama mereka "bergerak cepat dengan infrastruktur yang stabil". Jadi karena hal tersebut tidak selalu berlaku, poinnya disini adalah untuk mewujudkan semangat bergerak cepat dan berani untuk melanggar hal-hal konvensional - mengambil langkah kerja, memotong pita merah, mengambil risiko (yang sudah dihitung), dan berpikir out of the box!

Baca Juga: Panduan untuk Pindah Kantor di Jakarta

Antusiasme

Dalam sebuah startup, ini lebih dari sekedar pekerjaan bagi kebanyakan orang. Mereka peduli dengan produk dan didorong oleh visi dan tujuan yang ingin dicapai oleh semua orang di perusahaan. Satu hal yang Anda sadari berada dalam startup adalah antusiasme dan komitmen karyawan terhadap kerajinan mereka, apakah itu penjualan, pengembangan produk, atau pemasaran, mereka melaksanakannya dengan tekun karena mereka tahu keputusan dan pekerjaan yang mereka lakukan akan menentukan apakah perusahaan masih akan berbisnis dalam beberapa bulan ke depan. Ini terutama berlaku untuk startup di tahap awal. Sedangkan di perusahaan besar, semangat dan sikap semacam itu di antara karyawannya tidak cukup. Banyak orang memiliki mentalitas 'pekerjaan kerja' di mana mereka bekerja dari jam 9 hingga jam 5 dan kemudian melupakannya begitu mereka meninggalkan kantor. Tidak ada yang salah dengan itu, tetapi senang rasanya bisa terinspirasi di tempat kerja. Karena itu, gairah bukanlah sesuatu yang dapat dipelajari dan diterapkan.

Karyawan yang Memiliki Suara

Karyawan di sebuah startup, terutama startup yang lebih kecil dengan kurang dari 100 orang memiliki kesempatan untuk membuat diri mereka didengar dan itu wajar, mengingat perbedaan dalam struktur komando dan kurangnya hierarki. Pendekatan top-down yang biasanya dipraktikkan dalam organisasi besar bukanlah strategi yang diandalkan di dunia startup. Penting bahkan bagi perusahaan besar untuk mendapatkan masukan dari karyawan yang ada di lapangan karena mereka adalah titik kontak terdekat dengan pelanggan, tanpa kesempatan bagi karyawan untuk berbicara dan berdiskusi dengan para pemimpin senior, wawasan dan pendapat yang berharga dapat diabaikan dan bisa mengalami kehilangan kesempatan untuk meningkatkan proses dan strategi perusahaan. Pencari kerja hari ini juga sedang mempertimbangkan pekerjaan apa yang berarti bagi mereka, mereka ingin membuat dampak dan merasa dihargai dalam organisasi. Tidak memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya, baik itu memberikan masukan atau kritik konstruktif dapat membuat mereka merasa terdemotivasi dan tidak penting, yang mana bisa menurunkan kepuasan kerja.

Ketika sebuah perusahaan telah berkembang sampai sejauh ini dan tumbuh begitu besar, mereka terkadang melupakan apa yang bisa membuat mereka berada di sana. Teknologi mengubah lanskap bisnis, mungkin perusahaan besar yang sudah mapan dapat belajar satu atau dua hal dari anak-anak baru di blok ini!

Diterjemahkan oleh: Aulia Rahmadhina

Tags: tips, guide, startups, business, Wawasan Industri, corporate

Michael Wu Gunawan

Michael is the Marketing Manager for FlySpaces in Indonesia. Having lived in several countries including Singapore and United Kingdom has given him an open mind, a rich exposure of different cultures, consumers and businesses globally. He aspire to promote innovative technologies in Southeast Asia.

Comments (0)

Subscribe via e-mail

Previous

Bekerja dan Bermain di Jakarta: Ruang Kerja Fleksibel nan Sederhana untuk si Petualang

Next

Segitiga Emas Jakarta: Tips Untuk Menyeimbangkan Kehidupan dan Pekerjaan