6 February 2019 Michael Wu Gunawan

Startup Indonesia: Ekosistem untuk Unicorn

 Read in English

4 Unicorns in Indonesia-1
 
Sebelum saya meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan pendidikan di Inggris pada tahun 2014, saya ingat ada sedikit desas-desus di sekitar topik IT dan infrastruktur yang mana sangat buruk, startup dan aplikasi seluler juga bukan hal yang banyak di gandrungi seperti sekarang, bahkan solusi transportasi melalui aplikasi dan juga e-niaga juga belum populer saat itu (setidaknya secara komersial). Selama berada di luar negeri, saya menikmati integrasi teknologi tanpa batas ke dalam kehidupan sehari-hari saya. Aplikasi seperti seperti Uber, Ocado, Deliveroo, dan Amazon telah secara drastis mengubah gaya hidup saya. Semuanya menjadi begitu mudah, saya tidak akan pernah bisa menikmati kemudahan seperti ini di Indonesia, begitu saya pikir.

Ketika saya kembali ke Indonesia tahun lalu, saya terkejut melihat perubahaan sejak saat itu. Melonjaknya jumlah startup terutama dalam bidang teknologi adalah sesuatu yang saya tidak bisa memprediksikan. Startup ini membawa inovasi dan mengubah lifestyle masyarakat Indonesia. Kemajuan teknologi ini telah berhasil merangkak ke hampir setiap industri. Kesehatan, ritel, keuangan, transportasi, apa saja. Kini Anda bisa mendapatkan konsultasi medis online melalui aplikasi seluler seperti HaloDoc. Platform Amazon memang luar biasa tetapi satu-satunya alasan mereka tidak ada di Indonesia adalah karena masyarakat dapat menemukan apa saja secara online melalui platform seperti Tokopedia dan Shopee, ditambah kita juga dapat mengirimkan paket hanya dalam 3 jam (seperti Prime Now), di negara yang terkenal dengan kemacetan lalu lintasnya , siapa yang akan berpikir bahwa hal tersebut bisa terwujud? Masyarakat bukan hanya dapat memesan makanan dan transportasi tetapi juga jasa pembersih rumah untuk apartemen Anda atau bahkan tukang pijat untuk membantu Anda bersantai setelah seharian bekerja, hanya dengan menekan beberapa tombol di aplikasi Go-Jek, aplikasi super semacam ini bahkan tidak tersedia di Inggris. Dan belakangan ini, promo cashback yang ditawarkan oleh berbagai dompet elektronik seperti Go-Pay dan OVO sungguh luar biasa!

Hanya dalam 4 tahun, saya bisa merasakan kenyamanan yang sama waktu saya di Inggris dan dalam beberapa hal, bahkan lebih baik. Jadi bagaimana startup di Indonesia berhasil tumbuh dan mencapai skala yang tinggi dalam waktu singkat? Ayo cari tahu!

Baca juga: 7 awesome benefits of working at a startup

Ekosistem Startup yang Menunjang Perusahaan Unicorn?

Istilah 'unicorn' mengacu pada perusahaan swasta dengan nilai lebih dari USD$1 miliar. Jika Anda bertanya-tanya mengapa unicorn - itu karena makhluk mitos secara akurat mewakili kelangkaan bisnis yang bisa sangat sukses di dunia startup, di belahan dunia manapun. Ada ratusan startup di Indonesia dan hanya ada  4 perusahaan Unicorn - Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Tahun ini Indonesia akan menambahkan 1 lagi perusahaan Unicorn ke dalam daftar!

4 dari 10 Unicorn di Asia Tenggara terdiri di sini, di Indonesia. Itu adalah bukti seberapa besar potensi pasar Indonesia untuk startup. Selain menjadi rumah bagi sekitar 264 juta orang, pasar terbesar di Asia Tenggara, ada sejumlah elemen lain yang membuat pasar Indonesia menarik dan kondusif untuk pertumbuhan perusahaan startup. Apa itu?

Perkembangan Ekonomi

Mungkin faktor kedua yang paling jelas adalah seberapa cepat Indonesia telah mengalami kemajuan dalam dekade terakhir ini. Kelas menengah yang tumbuh cepat, daya beli yang lebih besar, dan peningkatan pengeluaran konsumen terlihat jelas, ditunjukkan oleh peningkatan PDB per kapita (PPP) serta meningkatnya penjualan untuk barang-barang bernilai tinggi seperti smartphone dan kosmetik dan penjualan barang-barang bernilai rendah seperti rokok dan mie instan turun di tahun 2017 untuk pertama kalinya. Meskipun meningkatnya ketidakpastian global dan stagnasi pertumbuhan PDB di atas 5%, yang mana masih dilihat positive. Prospek ekonomi Indonesia tetap positif dengan permintaan domestik menjadi pendorong utama pertumbuhan, serta persaingan infrastruktur yang terlihat semakin menunjukan kemajuan.

Pasar yang kurang di lirik

'In the middle of difficulty lies opportunity' (Di tengah kesulitan terletak peluang), sebuah kutipan oleh Einstein yang tepap sah hingga hari ini. Keberhasilan startup ini hanya diukur dari dampak dan kontribusi yang mereka buat untuk negara dan masyarakat. Alasan mengapa Go-Jek berhasil adalah karena infrastruktur transportasi publik di Indonesia sangat buruk. Ibukota negara terbesar ke-4 di dunia tidak memiliki sistem transportasi umum yang layak, hal ini kurang di perhatikan pemerintah, dan di situlah perusahaan swasta seperti Go-Jek dan Grab dapat sepenuhnya memanfaatkan situasi tersebut dengan layanan transportasi. Di sektor lain juga demikian, misalnya, sektor keuangan, hanya sekitar 50% dari total populasi yang bisa terdafrar di sistem perbankan dan hanya 2% dari populasi yang memiliki kartu kredit. UKM memiliki akses terbatas ke solusi pembiayaan karena informasi kredit yang tidak dapat di akses. Di sinilah FinTech (teknologi keuangan) melihat peluang dan terbentuk untuk membantu mengatasi keterbatasan geografis, menjangkau kota-kota terpencil serta memfasilitasi dan memberikan opsi pinjaman alternatif bagi bisnis untuk meningkatkan operasi.

Revolusi digital

Mungkin faktor yang paling berpengaruh adalah revolusi digital. Semuanya dimulai dengan penekanan Presiden Joko Widodo pada teknologi sebagai pendorong utama rencana pertumbuhan Indonesia ketika ia dinyatakan sebagai presiden pada tahun 2014. Sejak itu, Presiden telah mengambil tindakan besar untuk mewujudkan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, seperti rencana ekonomi empat tahunan yang ia buat pada 2016. Investasi dalam infrastruktur internet untuk mendukung inovasi teknologi dan meningkatkan konektivitas adalah bagian integral dari rencana tersebut. Indonesia dengan cepat mengamati peningkatan signifikan dalam kecepatan internet serta jumlah penyedia layanan internet. Kemajuan itu memberi kepercayaan dan keberanian kepada para startup teknologi untuk meningkatkan operasi mereka dan berkembang. Proliferasi layanan digital telah secara signifikan meningkatkan jumlah pengguna internet di Indonesia menjadi sekitar 145 juta pada tahun 2018, menjadikannya populasi pengguna internet terbesar kelima di dunia. Hal ini sangat difasilitasi oleh meningkatnya akses smartphone yang lebih terjangkau dan murah seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo yang harga bisa mencapai $ 41 yang memungkinkan orang berpenghasilan rendah untuk plug-in juga.

Baca juga: Dedicated desk or private office for a startup?

Tantangan untuk startup di Indonesia

Kemajuan memang datang dengan berbagai perjuangan yang sudah dilalui dan ekosistem digital masih jauh dari sempurna untuk pertumbuhan yang cepat dan stabil. Indonesia harus berupaya menyesuaikan kebijakan moneter dan fiskal untuk memprioritaskan stabilitas, mempermudah peraturan, dan mengurangi prosedur birokrasi ketika membuat bisnis baru guna mengurangi biaya dan waktu untuk memulai bisnis. Kurangnya tenaga kerja terampil terutama di bidang teknologi sangat menonjol dan bisa menghambat kemajuan ekonomi digital. Google telah berinvestasi di Indonesia dengan melatih hampir 60.000 orang Indonesia untuk pengembangan aplikasi seluler dan melalui Gapura Digital Initiative, melatih lebih dari 40.000 pemilik usaha kecil di 10 kota untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi internet. Pemerintah harus mengambil lebih banyak upaya dalam pelatihan dan menyediakan program insentif bagi masyrakat untuk meningkatkan keterampilan serta bagi bisnis yang ada untuk berubah menjadi digital.

Jika dibandingkan dengan negara-negara yang lebih maju seperti Cina dan AS, masih ada banyak sektor yang kurang terlayani seperti pendidikan dan pertanian di Indonesia yang bisa menjadi peliang untuk perkembangan teknologi startup. Hal ini juga kurang diatur dengan ketat, yang membuat peluang besar untuk di eksplorasi.

Berapa banyak lagi unicorn yang menurut Anda akan muncul dari Indonesia? Beri tahu kami di kolom komentar dibawah!

Diterjemahkan oleh: Aulia Ramadhina

Tags: Startup, ecommerce, Indonesia, industry news, Unicorn, ecosystem, Aplikasi Seluler

Michael Wu Gunawan

Michael is the Marketing Manager for FlySpaces in Indonesia. Having lived in several countries including Singapore and United Kingdom has given him an open mind, a rich exposure of different cultures, consumers and businesses globally. He aspire to promote innovative technologies in Southeast Asia.

Comments (0)

Subscribe via e-mail

Previous

Terus menunjukan kemajuan: Masa Depan Ruang Kantor Fleksibel dipastikan Cerah

Next

7 Coworking Space Jakarta yang Memiliki Akses 24/7